Media Pari||www.media-pari.com
Kabupaten Bekasi Kamis 28/08/2025.

Sejarah jurnalistik berakar dari zaman Romawi Kuno, tepatnya pada masa pemerintahan Kaisar Julius Caesar (100-44 SM). Pada masa itu, ga dikenal adanya Acta Diurna, yang merupakan papan pengumuman—sejenis majalah dinding atau papan informasi modern.
Acta Diurna diyakini sebagai bentuk awal dari produk jurnalistik; sebuah medium yang menyerupai pers, media massa, atau surat kabar harian pertama di dunia. Oleh karena itu, Julius Caesar sering disebut sebagai “Bapak Pers Dunia”.
Namun, sebenarnya, Caesar hanya melanjutkan dan mengembangkan tradisi yang telah ada sejak berdirinya Kerajaan Romawi. Pada masa itu, atas perintah Raja Imam Agung, segala peristiwa penting dicatat pada Annals, yaitu papan tulis yang digantungkan di serambi rumah. Papan tulis ini berfungsi sebagai pemberitahuan bagi setiap orang yang melewati dan membutuhkannya.
Ketika berkuasa, Julius Caesar menginstruksikan agar hasil sidang dan kegiatan harian para anggota senat diumumkan melalui Acta Diurna. Selain itu, papan ini juga memuat berita tentang peristiwa sehari-hari, peraturan penting, serta informasi yang perlu diketahui oleh rakyat.
Acta Diurna ditempelkan di pusat kota, yang dikenal sebagai Forum Romanum (Stadion Romawi), agar dapat diakses oleh masyarakat umum. Berita yang tercatat di Acta Diurna kemudian disebarluaskan, dan muncul kelompok bernama Diurnarii, yaitu orang-orang yang mencatat hasil rapat senat dari Acta Diurna setiap hari untuk para tuan tanah dan hartawan.
Dari istilah Acta Diurna inilah kata “jurnalistik” berasal. Kata Diurnal dalam bahasa Latin berarti harian atau setiap hari, yang kemudian diadopsi ke dalam bahasa Prancis menjadi Du Jour dan ke bahasa Inggris menjadi Journal, yang berarti hari, catatan harian, atau laporan.
Di Tiongkok, pada tahun 911 M, muncul surat kabar cetak pertama yang dikenal sebagai Tching-pao, yang berarti “Kabar dari Istana”. Pada tahun 1351 M, Kaisar Quang Soo mulai mengedarkan Tching-pao secara teratur dengan frekuensi terbit mingguan.
Kemajuan jurnalistik semakin pesat pada tahun 1450 dengan penemuan mesin cetak oleh Johan Guttenberg. Salah satu peristiwa besar yang diumumkan melalui surat kabar adalah penemuan Benua Amerika oleh Christopher Columbus.
Surat kabar cetak yang pertama kali terbit secara teratur setiap hari adalah Oxford Gazette di Inggris pada tahun 1665 M. Surat kabar ini kemudian berganti nama menjadi London Gazette. Ketika Henry Muddiman menjadi editor, untuk pertama kalinya istilah “Newspaper” digunakan.
Pada pertengahan abad ke-19, organisasi kantor berita mulai berkembang dengan fungsi utama mengumpulkan berbagai berita dan tulisan untuk didistribusikan ke berbagai penerbit surat kabar dan majalah. Kantor berita pelopor yang masih beroperasi hingga kini antara lain Associated Press (AS), Reuters (Inggris), dan Agence France-Presse (Prancis).
Era 1800-an juga ditandai dengan munculnya istilah Yellow Journalism (jurnalisme kuning), yang menggambarkan “pertempuran headline” antara dua surat kabar besar di Kota New York. Salah satu surat kabar dimiliki oleh Joseph Pulitzer, sementara yang lainnya oleh William Randolph Hearst.
Surat kabar generasi pertama di AS awalnya memang partisan, dan sering kali menyerang politisi dan presiden tanpa mempertimbangkan objektivitas dan keseimbangan berita. Namun, seiring waktu, kesadaran akan pentingnya tanggung jawab sosial dalam pemberitaan mulai muncul di kalangan wartawan.Di kutip dari buku sejarah jurnalisme Historia kuno,
[Red]